TUGAS SIA 3

TUGAS I …
Beberapa orang berpendapat bahwa akuntan seharusnya memusatkan perhatian hanya pada laporan keuangan dan memberikan urusan desain serta persiapan laporan manajerial pada spesialis system informasi. Apa sajakah kelebihan dan kelemahan pendapat ini? Sejauh manakah akuntan seharusnya terlibat dalam pembuatan laporan yang melibatkan berbagai hal di luar ukuran keuangan, yang dipergunakan untuk mengukur kinerja? Mengapa demikian?
Jawab :

Pada dasarnya akuntansi lebih memusatkan perhatiannya pada laporan keuangan . di karenakan akuntasi merupakan sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak- pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan untuk melaksanakan perhitungan periodik antara biaya (usaha) dan hasil (prestasi) atau informsi yang berkaitan dengan transaksi keuangan.

Kelebihannya yaitu akuntan tersebut dapat mengerjakan tugasnya secara optimal dan tidak membuang-buang waktu.

Kelemahannya yaitu, apabila seorang akuntan tersebut memiliki keahlian lain di luar bidangnya, mungkin saja akuntan tersebut dapat menggunakan waktu luangnya dengan mengerjakan hal lain yang dia mampu kerjakan diluar tugas dia yang seharusnya.

Sejauh yang ia mampu, dan itupun tidak menyepelekan tugas yang ia kerjakan seharusnya, karena apabila ia merangkap pekerjaannya dengan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan orang lain, ia takkan bisa menghemat waktu, maka dalam setiap perusahaan diharuskan merekrut karyawan yang memang ahli dalam bidang- bidang yang mereka kuasai. Agar mereka bertanggung jawab atas pekerjaan yang mereka lakuakan, karena di situlah kinerja seorang karyawan dinilai.

Kegunaan Informasi Akuntansi

Menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang menyelenggarakan maupun pihak-pihak diluar perusahaan. Kegunaan ini berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dan pertanggung jawaban.

5 Fungsi utama Sistem Informasi Akuntansi :
a. Mengumpulkan dan menyimpan data dari semua aktivitas dan transaksi perusahan.
b. Memproses data menjadi informasi yang berguna pihak manajemen.
c. Memanajemen data-data yang ada dalam kelompok-kelompok yang sudah di tetapkan oleh perusahan.
d. .Mengendalikan control data yang cukup sehingga asset dari suatu organisasi atau perusahan terjaga.
e. Penghasil informasi yang menyediakan informasi yang cukup bagi pihak manajemen untuk melakukan perencanaan, mengeksekusi perencanan dan mengontrol aktivitas .



TUGAS II.
Pembagian tugas secara efektif kadang-kadang tidak layak secara ekonomis pada bisnis kecil. Elemen-elemen pengendalian internal apa yang menurut anda dapat mengimbangi ancaman tersebut ?
Jawab :

1. Kinerja
Kinerja tidak hanya berkaitan dengan masalah ukur-mengukur belaka, namun juga mencerminkan rasa tanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dijalankan Akuntabilitas atas amanah yang dibebankan merupakan fungsi-fungsi masing-masing, dan individu dibelakang fungsi tersebut dia juga memiliki tanggung jawab untuk menjalankan fungsi atau tugasnya dengan baik.

2. Terpadu
Terpadu yakni bermakna usaha untuk mencapai keselarasan diantara semua bagian dalam organisasi sehingga tercipta suatu sinergi.


3. Berkesinambungan

Berkesinambungan, yakni bermakna bahwa terdapat tujuan yang ingin digapai oleh organisasi

TUGAS III.
Secara teoritis, suatu prosedur pengendalian perlu digunakan jika keuntungannya melebihi biayanya. Jelaskan cara memperkirakan keuntungan dan biaya dari pengendalian berikut ini :
a. Pemisahan tugas
b. Prosedur perlindungan data
Jawab :

a. Pemisahan Tugas

Keuntungan dari pengendalian ini ialah dapat menghemat waktu dan tak tercampur tugas lainnya, dimana setiap individu memiliki tugasnya masing-masing yang harus dikerjakan. Setiap individu pun memiliki keahlian masing-masing agar pekerjaan mereka sesuai dengan target yang ditentukan. terlebih lagi apabila yang mengerjakanya bukan ahlinya dalam bidang itu, resiko kesalahan akan semakin besar.

Pemisahan tugas yang efektif dicapai ketika fungsi-fungsi berikut dipisahkan :
a. Otorisasi – menyetujui transaksi dan keputusan.
b. Pencatatan – mempersiapkan dokumen sumber, memelihara catatan jurnal, buku besar dan file lainnya; mempersiapkan rekonsiliasi, serta mempersiapkan laporan kinerja.

Pemisahan tugas sangat penting untuk pengendalian internal yang efektif karena mengurangi risiko kesalahan dan tindakan tidak pantas. Ini membantu melawan penipuan oleh mengecilkan kolusi. Secara umum, fungsi-fungsi berikut harus dipisahkan antara karyawan:
• Approval ( Persetujuan )
• Accounting/reconciling ( Akuntansi / rekonsiliasi )
• Asset custody ( Aset tahanan )

Sebuah supervisory review rinci kegiatan terkait diperlukan sebagai kegiatan kontrol kompensasi jika fungsi-fungsi ini tidak dapat dipisahkan dalam departemen yang lebih kecil.

Contoh pemisahan tugas :
• Orang yang permintaan resmi pembelian barang atau jasa tidak boleh orang yang menyetujui pembelian.
• Orang yang menyetujui pembelian barang atau jasa tidak boleh menjadi orang yang mendamaikan laporan keuangan bulanan.
• Orang yang menyetujui pembelian barang atau jasa tidak harus bisa mendapatkan hak asuh atas cek.
• Orang yang memelihara dan rekonsiliasi antara catatan akuntansi seharusnya tidak dapat memperoleh hak asuh atas cek.
• Orang yang membuka surat dan menyiapkan daftar cek yang diterima tidak boleh orang yang membuat deposit.
• Orang yang membuka surat dan menyiapkan daftar cek yang diterima tidak boleh orang yang mempertahankan catatan piutang.

b. Prosedur Perlindungan Data
Prosedur perlindungan data, keuntungannya yaitu mempermudah dalam pencarian data, dimana setiap tugas atau data sudah ada pada tempatnya masing-masing dan lagi – lagi dapat menghemat waktu dan efektif dalam mengerjakan tugas – tugas yang diberikan.

Ketika seorang berpikir tentang Prosedur Perlindungan Data, seperti persediaan dan perlengkapan. Akan tetapi, dimasa sekarang ini, salah satu data / asset terpenting perusahaan adalah informasi.

Oleh karena itu, harus diambil langkah-langkah untuk menjaga baik data berupa informasi maupun fisik.

Prosedur-prosedur menjaga data / asset pencurian, penggunaan tanpa otorisasi dan vandalisme :

• Mensupervisi dan memisahkan tugas secara efektif.
• Memelihara catatan data, termasuk informasi secara akurat
• Membatasi data secara fisik (mesin kas, lemari besi, kotak uang, dan akses terbatas ke safe deposit box kas, sekuritas, dan asset dalam bentuk surat-surat berharga).
• Melindungi catatan dan dokumen (area penyimpanan tahan api, kabinet file yang terkunci, dan alokasi pendukung diluar kantor) merupakan cara yang efektif untuk melindungi catatan dan dokumen.
• Mengendalikan lingkungan (perlengkapan komputer yang sensitive harus diletakkan dalam ruangan yang memiliki alat pendingin dan perlindungan dari api yang memadai).
• Pembatasan data ke ruang komputer, file komputer dan informasi.

Pengendalian & SIA

  1. Pembagian tugas secara efektif kadang-kadang tidak layak secara ekonomis pada bisnis kecil. Berikan pendapat anda mengenai pernyataan tersebut !
  2. Ketika anda ke bioskop, anda membeli tiket yg sudah diberi nomor dari loket atau kasir. Tiket tersebut kemudian diberikan ke orang lain dipintu masuk bioskop. Ketidak beraturan jenis apa yang ingin dihindari oleh biokop? Pengendalian apa yang digunakannya untuk menghindari ketidak beraturan tersebut? Pajanan apa yang dapat anda identifikasi?

Jawaban:

  1. Karna di dalam bisnis kecil, modal pun sangat terbatas sehingga tidak mungkin ada banyak orang yang ikut bergabung.
  2. Ketidak beraturan yang ingin dihindari adalah supaya tidak timbulnya keributan antar penonton. Agar kondisi di dalam bioskop tetap teratur dan tidak terjadi perebutan tempat duduk antar penonton. Kemudian situasi di dalam bioskop tetap terjaga, aman, dan tertib sehingga tidak terjadi hal-hal yang sangat merugikan konsumen. Solusi yang tepat pada kasus tersebut adalah dengan menempatkan nomor tempat duduk sesuai dengan keinginan konsumen yang dijual di loket yang telah disiapkan. Pengendalian yang digunakan adalah pengendalian untuk pencegahan (preventive control). Pajanan yang mungkin terjadi ialah banyaknya pengunjung yang berisik di dalam bioskop sehingga mengganggu orang lain yang sedang menikmati film yang diputar.

Studi Kasus PT. Maju

PT. MAJU
Laporan Keuangan
Neraca
Per 31 Desember 2001

Kas

6,000,000.00

Piutang

2,000,000.00

perlengkapan kantor

3,000,000.00

peralatan kantor

4,000,000.00

Tanah

5,000,000.00

sewa dibayar dimuka

1,500,000.00

JUMLAH AKTIVA

21,500,000.00

utang gaji

2,000,000.00

utang usaha

5,000,000.00

JUMLAH KEWAJIBAN

7,000,000.00

modal maju

6,000,000.00

prive maju

(2,000,000.00)

JUMLAH MODAL

4,000,000.00

JUMLAH MODAL DAN KEWAJIBAN

11,000,000.00



PT.MAJU
Laporan Keungan
Laba/Rugi
31 Desember 2001

pendapatan bunga

3,000,000.00

pendapatan komisi

11,000,000.00

JUMLAH PENDAPATAN

14,000,000.00

biaya iklan

1,000,000.00

biaya listrik

2,500,000.00

JUMLAH BIAYA

3,500,000.00

LABA

11,500,000.00


Tugas Kasus PT. Makmur

PT. MAKMUR
Laporan Keuangan
Neraca
Per 31 Desember 2002

Kas

6,200,000.00

Piutang dagang

2,240,000.00

Perlengkapan kantor

265,000.00

Peralatan kantor

6,600,000.00

Sewa dibayar dimuka

900,000.00

JUMLAH AKTIVA

16,205,000.00

Hutang dagang

1,800,000.00

Hutang wesel

3,000,000.00

JUMLAH KEWAJIBAN

4,800,000.00

Modal PT.Makmur

10,000,000.00

JUMLAH MODAL

10,000,000.00

JUMLAH KEWAJIBAN DAN MODAL

14,800,000.00



PT. MAKMUR
Laporan Keuangan
Laba/Rugi
31 Desember 2002

Pendapatan komisi

5,700,000.00

Pendapatan sewa

180,000.00

JUMLAH PENDAPATAN

5,880,000.00

Biaya perlengkapan

3,900,000.00

Biaya pemeliharaan

80,000.00

Biaya iklan

395,000.00

Biaya telpon

50,000.00

JUMLAH BIAYA

4,425,000.00

LABA

1,455,000.00

Kuning Langsat Yang Terasir

kuning langsat terbentang dari keindahan yang polos
kau tuangkan imajenasi lewat sebuah goresan dari sebuah pena besi
terpandang seni dari apa yang di pancarkan dari keindahannya
merona dan membuat mata terpana

seiring penuhnya kreasi, tertutuplah si kuning langsat yang indah itu
di ubahnya menjadi arsiran arsiran yang kemilau
meskipun tidak polos lagi, tapi keindahannya menjadi suatu aura yang sangat polos
dan terlintas lah kharisma yang indah menawan dari si kuning langsat tersebut

karya Satria Tommochi Conayio

Satu Kedamaian

tersebut dalam benak yang mengalir, apakah arti perjalanan
tersesat dalam lubang gelap yang tak tau arah tujuan
mengapa angin menghempas di terik panas debu jalanan
dan inikah sebuah kedamaian dalam kehidupan yang suram.

satu demi satu daun daun berguguran
langit biru yang terang sudah menjadi hitam tak ber awan
rintihan air yang mengalir, membawa kita kedepan
untuk mencari suatu kedamaian

disini aku menatap keindahan dari satu kedamaian
disini aku memiliki keindahan dari satu kedamaian
disini aku meninggalkan penat dari satu kedamaian
disini aku mengerti arti dari satu kedamain

karya Satria Tommochi Conayio

-Wrong Way To Destination-

this day I feel that bad in my life
This may occur because of mistakes I own
and I am really sorry for this
whether it can be correct?

in the heart to ask?
What happens now

if you miss me
what you feel to me
felt that only acute
and the tears continue to flow

may this day I will die
and I really want to go with you
every day, I miss you
This heart says i love you

karya Satria Tommochi Conayio

Consequences Of My Friend

in a life we are always surrounded by problems and issues
they said it with you and half
rough and disreputable friends every day

quiet of my girlfriend will not grab you
although the small things that make for war
and therefore I only want to open a friendship again

what you may receive the friend again?
and I provide opportunities for you
and I thought why not
to receive back

to this day what our war again
it may be the only garbage upon us
and we must all opponents this
to return with a friend again

karya Satria Tommochi Conayio

Kisah Kasih Abadi :)

walau semua telah ku temui
kau tak dapat ku beli
dan tak mungkin ku miliki
meski dalam hati bersemi

inilah cerita yang kita jalani
haruskah terhenti sampai disini
walau hati masih menanti
sampai kapan kau ingin kembali

jika masih ada waktu tersembunyi
kau akan mengisi rasa sayang ini
dan jika waktu telah terhenti
aku akan memikatmu sampai mati,,

:)

karya Satria Tommochi Conayio

I'm Nothing For You

Looking me. In here for up
I’am still think you, can’t forget you
Every time, I’m looking you
But I hate you

A morning day I wake up alone
A sun shine smile and I’m sad
I feel so bad to time for all
I just for fun.

##
And let’s you go, for return here
And let’s you go, for come here.

-|-
I can answer yes. But sure you don’t care
Because so far away, I just nothing for you,

karya Satria Tommochi Conayio

Rainbow

beautiful pink color adorned the cool mist cloud
create peace under a waterfall that drops fast
gives hope for life
and hearts cheerful always like an angel

You feel every curve of the
You characteristic bright spot of the sincerity
gently bring your color cheerful memories
that can not be to be forgotten

karya Satria Tommochi Conayio

Waiting For Sad

very confusing, this time I ask?
what's on your mind?
very difficult question
maybe I'm confused now

but you always think about this
always and always you cry
until now still confusing
What should you charge

if I can accept you'll be glad to return
and it is the best option to feel

do not be afraid to feel the sadness
though it is not good and would be a wave

karya Satria Tommochi Conayio

Despair The Rise

remind us of the despair of the dark
and enter the room that cruel
see the people who Bridled
thundering cloud of war

black point to one problem in the future
together we face the fear that
tears in sorrow man will
way with the spirit in the hearts of

whether we get the joy of it
and if we win the battle
lies and incitement that enveloped
sometimes makes us divided in the life

karya Satria Tommochi Conayio

To Be Forever

The first time I can sing for you
until now you great for me
I'm glad to see you
but why you scared?

this time to give
We have memories
for today and yesterday
walk with smile

if you get it?
a problem can occur?
it inappropriate
to you forever

make sure you are beautiful
you get what I want
make sure you are greatest
you do what I do

karya Satria Tommochi Conayio

Night To Keep You

trust tonight i make you smile
and I promise to keep you
stand with the strong
for you

trust tonight i make you sad
and I promise not to like
consoled with a laugh
from you

and until tomorrow
I will stay with you
and until tomorrow
I will stay keep you

trust tonight i make you cry
and I promise will fun you
feeling a smile
with you

trust tonight i make missing you
and i promise change away
late for better
for you

and until tomorrow
I will stay with you
and until tomorrow
I will stay keep you

karya Satria Tommochi Conayio

Air

berharap tak usai
penat mengisi itu
gemuruh air mengalir
derasnya menerpa bebatuan

dari tempat yang tinggi
seperti kala senang
dan ditempat yang rendah dikala haru
namun air itu tetap biru

karya Satria Tommochi Conayio

Terdiam Tanpa Rasa

sudut tawamu tersembunyi dibalik jantung
menelusuri ruang-ruang yang kosong
menerpa kesedihan diatas senyum indah
menggoreskan perih yang tersisa

terhenti dan terkapar
walau itu semua hanya angan
merasakan harapan
dan terdiam tanpa rasa

karya Satria Tommochi Conayio

Lepaskan Rasa

merekah bagai getah
mengalir bagai air
menusuk bagai duri
melayang bagai angin

meskipun semua pergi
tersadarkah arahnya
tak ada penghalang
untuk kau berjalan.

karya Satria Tommochi Conayio

Arti Hadirmu

Selamat tidur, sayangku mimpi indah selalu.
pejamkan matamu, lelapkan mimpi yang telah kau tunggu.
lepaskan smua gelisahmu, buang semua beban
lupakanlah semua. jeritan hati yang menipu dan membohongimu.

Coba kau fikirkan semua, arti hidupmu kasih.
smoga sang rembulan dan bintang, temani dirimu pasti
kuyakin suatu saat nanti, jika semua kembali
kuakan disini kan menemani, dirimu yang tlah hadir disini.

karya Satria Tommochi Conayio

Masa

seperti air mengalir yang membawa ke tempat yang paling rendah
seperti angin yang menelusuri ruang-ruang yang kosong
dan seperti tanah yang akan berubah menjadi batu

bagian hidup yang telah disesuaikan dan dirancang
pasti tidak akan kekal dan abadi
meskipun kita berusaha mempertahankan apa yang dipertahankan
hanya masa lah yang dapat menghentikannya.

tak perlu larut dalam kesedihan
tak perlu runtuh melawan keras
tak akan goyah walau diterpa
tetap tersenyum dan bahagia.

karya Satria Tommochi Conayio

There Is

maybe someday you feel the sadness
a moment that you run this day forever
I'm just an empty space that contains
and you receive me and fill the room with a smile

looking heart with the beautiful eyes
create a peace that radiated from his brow
give you a decent million
keeping a close in my hug

although all did not happen
I am ready to face with a smile
and may not be together for this
and I paused to accept

where I find this sad
I tired to find it and stop expecting it

karya Satria Tommochi Conayio

Quiet And Silent

on the other hand I'm just a stone
on the other hand I'm just a statue
on the other hand I just dust
on the other hand I was just the wind

let me see the happiness you
let me lean over crying
let me disappointed over loneliness
let me quiet and silent

karya Satria Tommochi Conayio

Untitle

melihat Anda di ruangan
membuat saya sedih dan tidak peduli
apa bahagia?
tidak ada aturan dengan saya

mungkin anda menyenangkan
tapi anda tidak memikirkan latar belakang
semuanya sudah di belakang mereka sedih
karena Anda saya terima kasih

saya akan menjadi lebih kuat
menyebabkan setiap napas menjadi berhenti
Anda baik-baik saja
tertawa dengan tersenyum

kehilangan senyum saya

looking you on the room
make me sad and not care
what you happy?
nothing rules with me

maybe you fun
but you not think a background
it's behind those me sad
because then you i thank you

i will be stronger
cause every breath be a stop
you are okay
laughing with smile

lost of my smile

karya Satria Tommochi Conayio

Bersamamu Selamanya

disaat kita henti berlari
kau tunda hari ini untuk kita
bercanda menghanturkan kata cinta

tertawa senyum bahagia
terbawa suasana canda bersama
membentang rasa untuk kita

dan bila waktu terus berputar
ku tak ingin kau pergi jauh
meninggalkan aku disini

ketika kau mulai merasakan alunan
kata rayu yang kuberi
alangkah senangnya hati berbagi

dan ku mulai mengungkapkan rasa
harapanku yakin kau menerimanya

betapa senangnya hati ini
bersamamu terasa bahagia,
selamanya.

karya Satria Tommochi Conayio

Hateraid In Fuckin Chest

a story pain full and hateraid
that run in the vein, every human bind
----------------------------------------------
Lost and confuse, strugling for live
tears and blood follow by death, arghhh.
----------------------------------------------
fuck you and your doctrin
i live for my own dream
i kill for aparpose
i die for my own will

Hateraid is my last name
my dream is your nightmare
your pain is my plesure
to RIP your head apart

you faggat your head is mine
i'll hunt you kill with my own head

Dont try to run
i will fuckin hunt you
i will RIP your hard
from your fuckin chest

i will slougter you like a fuckin animal
at the end i will laught upon your carcas
motha fucker,

karya Satria Tommochi Conayio

Aku Adalah "IYA"

kebahagian diatas amanat yang diabaikan begitu indahnya iya jalankan dengan mudah bersama iblis-iblis yang menjerumuskan iya untuk melakukan kelalaian. apakah iya sadar sudah mengabaikan amanat dan mementingkan iblis-iblis itu? diam dan tidak ada jawaban dari diri iya sendiri. amarah dan emosi yang tercipta dari si pengucap amanat tak henti terdiam dari hatinya yang paling dalam. tertera peraturan demi peraturan dikeluarkan untuk mengontrol iya menjalakan amanat yang diberikannya. namun rasa bosan menertawakan di kedua kuping iya, emosi dan emosi mulai terpancing dari dalam hati iya yang terkecil dan harapan untuk merasakan kebebasan yang selalu iya jalankan sudah menyurut. tak ada lagi waktu luang untuk menghadiri ribuan janji yang iya ucap kepada orang-orang yang dirindunya. hanya dari komunikasi yang iya bisa untuk bercakap dan becanda gurau. apakah itu menyenangkan? tentu menyenangkan untuk saat itu, dan jika sudah berhenti apakah merasa senang? tentu kesepian yang menjadi sebuah kebosanan yang sangat iya rasakan di hari yang sepi. mungkin waktu iya yang tersisa sempit dilakukan untuk bersenang diatas amanat yang diberikan. terpukul dada jika iya mengabaikan amanatnya untuk kesekian kalinya, harapan yang di tanam iya sudah tidak mampu mengubah kehidupan yang terbiasa dijalankan bersama iblis-iblis dan bersama jalannya putaran jam apakah iya bisa berputar mendapatkan harapan? tidak ada jawaban yang iya ucapkan hanya kekesalan iya di dalam hati yang dapat menjawabnya. mungkin iya bisa mendapatkan hal yang lebih baik dari amanat yang dijalankan dengan taat dan memberikan kebahagiaan seperti sebelumnya.

karya Satria Tommochi Conayio

Last With You

never time i last loving you
i'm never sad thinking of you
tomorow i'm say
i'm always hate you

in my heart just looking you
left from in my eye

just give me crying and i can smille
make me crying and i'm gone away

but you unlike my self
just looking people wich style
to be a populare your will like
never say ugly wich left your say

karya Satria Tommochi Conayio

Pena Sahabat

tinta yang keluar dari dalam pena
goreskan garis di kehidupan kita
menuliskan hari, hari penuh ceria
membuat arti akan makna cinta

kata yang keluar dari hati ini
penuhi lembaran kisah hidup kita
menjadi cerita tertawa bersama
jalani harimu yang indah kawan

lupakan kesedihan
marilah tertawa bersama
luangkanlah waktmu
menatap dunia kejarlah mimpimu bahagia

karya Satria Tommochi Conayio

Sebelum Terlambat

dari timur bergegas hijrah ke tanah air
melewati proses yang lama untuk hidup
dini menatap hari
duduk terdiam melihat kehidupan disekitar

belilah mimpimu yang terdambakan dalam hati
mengejar matahari pasti belum terlambat
raihlah dengan niat dan jangan ragu akan tak mampu
pastikan itu jalan yang terbaik kelak dihari nanti


karya Satria Tommochi Conayio

Aku Harus Pulang

ketika berjalan dimalam hari dengan gelisah dan terdampar di ujung dunia
raungan sunyi dan tiupan angin menghempas meniup telingaku
bulu halus di leher ini berdiri dan aroma wangi angin menemani dikala jalanku
gesekan daun menari meludahiku dengan air embun yang dingin dan aku harus pulang



karya
Satria Tommochi Conayio

Ketika Mas Gagah Pergi

Mas gagah berubah! Ya, beberapa bulan belakangan ini masku, sekaligus saudara kandungku satu-satunya itu benar-benar berubah!

Mas Gagah Perwira Pratama, masih kuliah di Tehnik Sipil UI semester tujuh. Ia seorang kakak yang sangat baik, cerdas, periang dan tentu saja…ganteng !Mas Gagah juga sudah mampu membiayai sekolahnya sendiri dari hasil mengajar privat untuk anak-anak SMA.

Sejak kecil aku sangat dekat dengannya. Tak ada rahasia di antara kami. Ia selalu mengajakku ke mana ia pergi. Ia yang menolong di saat aku butuh pertolongan. Ia menghibur dan membujuk di saat aku bersedih. Membawakan oleh-oleh sepulang sekolah dan mengajariku mengaji. Pendek kata, ia selalu melakukan hal-hal yang baik, menyenangkan dan berarti banyak bagiku.

Saat memasuki usia dewasa, kami jadi semakin dekat.Kalau ada saja sedikit waktu kosong, maka kami akan menghabiskannya bersama. Jalan-jalan, nonton film atau konser musik atau sekedar bercanda dengan teman-teman. Mas Gagah yang humoris itu akan membuat lelucon-lelocon santai hingga aku dan teman-temanku tertawa terbahak. Dengan sedan putihnya ia berkeliling mengantar teman-temanku pulang usai kami latihan teater. Kadang kami mampir dan makan-makan dulu di restoran, atau bergembira ria di Dufan Ancol.

Tak ada yang tak menyukai Mas Gagah. Jangankan keluarga atau tetangga, nenek-kakek, orang tua dan adik kakak teman-temanku menyukai sosoknya.

"Kakak kamu itu keren, cute, macho dan humoris. Masih kosong nggak sih?"

"Git, gara-gara kamu bawa Mas Gagah ke rumah, sekarang orang rumahku suka membanding-bandingkan teman cowokku sama Mas Gagah lho! Gila, berabe kan?!"

"Gimana ya Git, agar Mas Gagah suka padaku?"

Dan banyak lagi lontaran-lontaran senada yang mampir ke kupingku. Aku Cuma mesem-mesem bangga.

Pernah kutanyakan pada Mas Gagah mengapa ia belum juga punya pacar. Apa jawabnya?

"Mas belum minat tuh! Kan lagi konsentrasi kuliah. Lagian kalau Mas pacaran…, banyak anggaran. Banyak juga yang patah hati! He..he..he…"Kata Mas Gagah pura-pura serius.

Mas Gagah dalam pandanganku adalah cowok ideal. Ia serba segalanya. Ia punya rancangan masa depan, tetapi tak takut menikmati hidup. Ia moderat tetapi tidak pernah meninggalkan shalat!

Itulah Mas Gagah!

Tetapi seperti yang telah kukatakan, entah mengapa beberapa bulan belakangan ini ia berubah! Drastis! Dan aku seolah tak mengenal dirinya lagi. Aku sedih. Aku kehilangan. Mas Gagah yang kubanggakan kini entah kemana…

"Mas Gagah! Mas! Mas Gagaaaaaahhh!" teriakku kesal sambil mengetuk pintu kamar Mas Gagah keras-keras. Tak ada jawaban. Padahal kata Mama, Mas Gagah ada di kamarnya. Kulihat stiker metalik di depan pintu kamar Mas Gagah. Tulisan berbahasa Arab gundul. Tak bisa kubaca. Tetapi aku bisa membaca artinya: Jangan masuk sebelum memberi salam!

"Assalaamu’alaikum!"seruku.

Pintu kamar terbuka dan kulihat senyum lembut Mas Gagah.

"Wa alaikummussalaam warohmatullahi wabarokatuh. Ada apa Gita? Kok teriak-teriak seperti itu?" tanyanya.

"Matiin kasetnya!"kataku sewot.

"Lho memangnya kenapa?"

"Gita kesel bin sebel dengerin kasetnya Mas Gagah! Memangnya kita orang Arab…, masangnya kok lagu-lagu Arab gitu!" aku cemberut.

"Ini Nasyid. Bukan sekedar nyanyian Arab tapi dzikir, Gita!"

"Bodo!"

"Lho, kamar ini kan daerah kekuasaannya Mas. Boleh Mas melakukan hal-hal yang Mas sukai dan Mas anggap baik di kamar sendiri," kata Mas Gagah sabar. "Kemarin waktu Mas pasang di ruang tamu, Gita ngambek.., Mama bingung. Jadinya ya dipasang di kamar."

"Tapi kuping Gita terganggu Mas! Lagi asyik dengerin kaset Air Supply yang baru…,eh tiba-tiba terdengar suara aneh dari kamar Mas!"

"Mas kan pasang kasetnya pelan-pelan…"

"Pokoknya kedengaran!"

"Ya, wis. Kalau begitu Mas ganti aja dengan nasyid yang bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Bagus lho!"

"Ndak, pokoknya Gita nggak mau denger!" Aku ngeloyor pergi sambil membanting pintu kamar Mas Gagah.

Heran. Aku benar-benar tak habis pikir mengapa selera musik Mas Gagah jadi begitu. Ke mana kaset-kaset Scorpion, Wham, Elton John, Queen, Eric Claptonnya?"

"Wah, ini nggak seperti itu Gita! Dengerin Scorpion atau Eric Clapton belum tentu mendatangkan manfaat, apalagi pahala. Lainlah ya dengan nasyid senandung islami. Gita mau denger? Ambil aja di kamar. Mas punya banyak kok!" begitu kata Mas Gagah.

Oala.

Sebenarnya perubahan Mas Gagah nggak Cuma itu. Banyak. Terlalu banyak malah! Meski aku cuma adik kecilnya yang baru kelas dua SMA, aku cukup jeli mengamati perubahan-perubahan itu. Walau bingung untuk mencernanya.

Di satu sisi kuakui Mas Gagah tambah alim. Shalat tepat waktu berjamaah di Mesjid, ngomongnya soal agama terus. Kalau aku iseng mengintip dari lubang kunci, ia pasti lagi ngaji atau membaca buku Islam. Dan kalau aku mampir ke kamarnya, ia dengan senang hati menguraikan isi buku yang dibacanya, atau malah menceramahiku. Ujung-ujungnya "Ayo dong Gita, lebih feminim. Kalau kamu mau pakai rok, Mas rela deh pecahin celengan buat beliin kamu rok atau baju panjang. Muslimah kan harus anggun. Coba adik manis, ngapain sih rambut ditrondolin begitu!"

Uh. Padahal dulu Mas Gagah oke-oke saja melihat penampilanku yang tomboy. Dia tahu aku cuma punya dua rok! Ya rok seragam sekolah itu saja! Mas Gagah juga tidak pernah keberatan kalau aku meminjam baju kaos atau kemejanya. Ia sendiri dulu selalu memanggilku Gito, bukan Gita! Eh sekarang pakai panggil adik manis segala!

Hal lain yang nyebelin, penampilan Mas Gagah jadi aneh. Sering juga Mama menegurnya.

"Penampilanmu kok sekarang lain Gah?"

"Lain gimana Ma?"

"Ya nggak semodis dulu. Nggak dendy lagi. Biasanya kamu kan paling sibuk sama penampilan kamu yang kayak cover boy itu…"

Mas Gagah cuma senyum. "Suka begini Ma. Bersih, rapi meski sederhana. Kelihatannya juga lebih santun."

Ya, dalam pandanganku Mas Gagah kelihatan menjadi lebih kuno, dengan kemeja lengan panjang atau baju koko yang dipadu dengan celana panjang semi baggy-nya. "Jadi mirip Pak Gino." Komentarku menyamakannya dengan supir kami. "Untung aja masih lebih ganteng."

Mas Gagah cuma tertawa. Mengacak-acak rambutku dan berlalu. Mas Gagah lebih pendiam? Itu juga kurasakan. Sekarang Mas Gagah nggak kocak seperti dulu. Kayaknya dia juga males banget ngobrol lama dan bercanda sama perempuan. Teman-temanku bertanya-tanya. Thera, peragawati sebelah rumah kebingungan.

Dan..yang paling gawat, Mas Gagah emoh salaman sama perempuan! Kupikir apa sih maunya Mas Gagah?"

"Sok kece banget sih Mas? Masak nggak mau jabatan tangan sama Tresye? Dia tuh cewek paling beken di sanggar Gita tahu?" tegurku suatu hari. "Jangan gitu dong. Sama aja nggak menghargai orang!"

"Justru karena Mas menghargai dia, makanya Mas begitu," dalihnya, lagi-lagi dengan nada yang amat sabar. "Gita lihat kan gaya orang Sunda salaman? Santun tetapi nggak sentuhan. Itu yang lebih benar!"

Huh, nggak mau salaman. Ngomong nunduk melulu…, sekarang bawa-bawa orang Sunda. Apa hubungannya?"

Mas Gagah membuka sebuah buku dan menyorongkannya kepadaku."Baca!"

Kubaca keras-keras. "Dari Aisyah ra. Demi Allah, demi Allah, demi Allah, Rasulullah Saw tidak pernah berjabatan tangan dengan wanita kecuali dengan mahromnya. Hadits Bukhori Muslim."

Mas Gagah tersenyum.

"Tapi Kyai Anwar mau salaman sama Mama. Haji Kari, Haji Toto, Ustadz Ali…," kataku.

"Bukankah Rasulullah qudwatun hasanah? Teladan terbaik?" Kata Mas Gagah sambil mengusap kepalaku. "Coba untuk mengerti ya dik manis?"

Dik manis? Coba untuk mengerti? Huh! Dan seperti biasa aku ngeloyor pergi dari kamar Mas Gagah dengan mangkel.

Menurutku Mas Gagah terlalu fanatik. Aku jadi khawatir, apa dia lagi nuntut ilmu putih? Ah, aku juga takut kalau dia terbawa orang-orang sok agamis tapi ngawur. Namun akhirnya aku tidak berani menduga demikian. Mas Gagah orangnya cerdas sekali. Jenius malah. Umurnya baru dua puluh satu tahun tetapi sudah tingkat empat di FT-UI. Dan aku yakin mata batinnya jernih dan tajam. Hanya…yaaa akhir-akhir ini dia berubah. Itu saja. Kutarik napas dalam-dalam.

"Mau kemana Gita?"

"Nonton sama temen-temen." Kataku sambil mengenakan sepatu."Habis Mas Gagah kalau diajak nonton sekarang kebanyakan nolaknya."

"Ikut Mas aja yuk!"

"Ke mana? Ke tempat yang waktu itu lagi? Ogah. Gita kayak orang bego di sana!"

Aku masih ingat jelas. Beberapa waktu lalu Mas Gagah mengajak aku ke rumah temannya. Ada pengajian. Terus pernah juga aku diajak menghadiri tablig akbar di suatu tempat. Bayangin, berapa kali aku diliatin sama cewek lain yang kebanyakan berjilbab itu. Pasalnya aku ke sana dengan memakai kemeja lengan pendek, jeans belel dan ransel kumalku. Belum lagi rambut trondol yang tidak bisa disembunyiin. Sebenarnya Mas Gagah menyuruhku memakai baju panjang dan kerudung yang biasa Mama pakai ngaji. Aku nolak sambil ngancam nggak mau ikut.

"Assalamualaikum!" terdengar suara beberapa lelaki.

Mas Gagah menjawab salam itu. Tak lama kulihat Mas Gagah dan teman-temannya di ruang tamu. Aku sudah hafal dengan teman-teman Mas Gagah. Masuk, lewat, nunduk-nunduk, nggak ngelirik aku…, persis kelakuannya Mas Gagah.

"Lewat aja nih, Gita nggak dikenalin?"tanyaku iseng.

Dulu nggak ada teman Mas Gagah yang tak akrab denganku. Tapi sekarang, Mas Gagah bahkan nggak memperkenalkan mereka padaku. Padahal teman-temannya lumayan handsome.

Mas Gagah menempelkan telunjuknya di bibir. "Ssssttt."

Seperti biasa aku bisa menebak kegiatan mereka. Pasti ngomongin soal-soal keislaman, diskusi, belajar baca Quran atau bahasa Arab… yaa begitu deh!

"Subhanallah, berarti kakak kamu ihkwan dong!" Seru Tika setengah histeris mendengar ceritaku. Teman akrabku ini memang sudah hampir sebulan berjilbab rapi. Memusiumkan semua jeans dan baju-baju you can see-nya.

"Ikhwan?’ ulangku. "Makanan apaan tuh? Saudaranya bakwan atau tekwan?" Suaraku yang keras membuat beberapa makhluk di kantin sekolah melirik kami.

"Husy, untuk laki-laki ikhwan dan untuk perempuan akhwat. Artinya saudara. Biasa dipakai untuk menyapa saudara seiman kita." Ujar Tika sambil menghirup es kelapa mudanya. "Kamu tahu Hendra atau Isa kan? Aktivis Rohis kita itu contoh ikhwan paling nyata di sekolah ini."

Aku manggut-manggut. Lagak Isa dan Hendra memang mirip Mas Gagah.

"Udah deh Git. Nggak usah bingung. Banyak baca buku Islam. Ngaji. Insya Allah kamu akan tahu menyeluruh tentang agama kita ini. Orang-orang seperti Hendra, Isa atau Mas Gagah bukanlah orang-orang yang error. Mereka hanya berusaha mengamalkan Islam dengan baik dan benar. Kitanya aja yang belum ngerti dan sering salah paham."

Aku diam. Kulihat kesungguhan di wajah bening Tika, sobat dekatku yang dulu tukang ngocol ini. Tiba-tiba di mataku ia menjelma begitu dewasa.

"Eh kapan kamu main ke rumahku? Mama udah kangen tuh! Aku ingin kita tetap dekat Gita…mesti kita mempunyai pandangan yang berbeda, " ujar Tika tiba-tiba.

"Tik, aku kehilangan kamu. Aku juga kehilangan Mas Gagah…" kataku jujur. "Selama ini aku pura-pura cuek tak peduli. Aku sedih…"

Tika menepuk pundakku. Jilbab putihnya bergerak ditiup angin." Aku senang kamu mau membicarakan hal ini denganku. Nginap di rumah, yuk, biar kita bisa cerita banyak. Sekalian kukenalkan dengan Mbak Ana.

"Mbak Ana?"

"Sepupuku yang kuliah di Amerika! Lucu deh, pulang dari Amerika malah pakai jilbab. Ajaib. Itulah hidayah.

"Hidayah."

"Nginap ya. Kita ngobrol sampai malam dengan Mbak Ana!"

"Assalaamualaikum, Mas ikhwan.. eh Mas Gagah!" tegurku ramah.

‘Eh adik Mas Gagah! Dari mana aja? Bubar sekolah bukannya langsung pulang!" Kata Mas Gagah pura-pura marah, usai menjawab salamku.

"Dari rumah Tika, teman sekolah, "jawabku pendek. "Lagi ngapain, Mas?"tanyaku sambil mengitari kamarnya. Kuamati beberapa poster, kaligrafi, gambar-gambar pejuang Palestina, Kashmir dan Bosnia. Puisi-puisi sufistik yang tertempel rapi di dinding kamar. Lalu dua rak koleksi buku keislaman…

"Cuma lagi baca!"

"Buku apa?"

"Tumben kamu pingin tahu?"

"Tunjukkin dong, Mas…buku apa sih?"desakku.

"Eiit…eiitt Mas Gagah berusaha menyembunyikan bukunya.

Kugelitik kakinya. Dia tertawa dan menyerah. "Nih!"serunya memperlihatkan buku yang tengah dibacanya dengan wajah yang setengah memerah.

"Naah yaaaa!"aku tertawa. Mas Gagah juga. Akhirnya kami bersama-sama membaca buku "Memilih Jodoh dan Tata Cara Meminang dalam Islam" itu.

"Maaas…"

"Apa Dik Manis?"

"Gita akhwat bukan sih?"

"Memangnya kenapa?"

"Gita akhwat atau bukan? Ayo jawab…" tanyaku manja.

Mas Gagah tertawa. Sore itu dengan sabar dan panjang lebar, ia berbicara padaku. Tentang Allah, Rasulullah. Tentang ajaran Islam yang diabaikan dan tak dipahami umatnya. Tentang kaum Muslimin di dunia yang selalu menjadi sasaran fitnah serta pembantaian dan tentang hal-hal-lainnya. Dan untuk pertamakalinya setelah sekian lama, aku kembali menemukan Mas Gagahku yang dulu.

Mas Gagah dengan semangat terus bicara. Terkadang ia tersenyum, sesaat sambil menitikan air mata. Hal yang tak pernah kulihat sebelumnya.

"Mas kok nangis?"

"Mas sedih karena Allah, Rasul dan Islam kini sering dianggap remeh. Sedih karena umat banyak meninggalkan Quran dan sunnah, juga berpecah belah. Sedih karena saat Mas bersenang-senang dan bisa beribadah dengan tenang, saudara-saudara seiman di belahan bumi lainnya sedang digorok lehernya, mengais-ngais makanan di jalan dan tidur beratap langit."

Sesaat kami terdiam. Ah Mas Gagah yang gagah dan tegar ini ternyata sangat perasa. Sangat peduli…

"Kok tumben Gita mau dengerin Mas ngomong?" Tanya Mas Gagah tiba-tiba.

"Gita capek marahan sama Mas Gagah!" ujarku sekenanya.

"Memangnya Gita ngerti yang Mas katakan?"

"Tenang aja. Gita ngerti kok!" kataku jujur. Ya, Mbak Ana juga pernah menerangkan demikian. Aku ngerti deh meskipun tidak begitu mendalam.

Malam itu aku tidur ditemani buku-buku milik Mas Gagah. Kayaknya aku dapat hidayah.

Hari-hari berlalu. Aku dan Mas Gagah mulai dekat lagi seperti dulu. Meski aktifitas yang kami lakukan bersama kini berbeda dengan yang dulu. Kini tiap Minggu kami ke Sunda Kelapa atau Wali Songo, mendengarkan ceramah umum, atau ke tempat-tempat di mana tablig akbar digelar. Kadang cuma aku dan Mas Gagah. Kadang-kadang, bila sedikit terpaksa, Mama dan Papa juga ikut.

"Apa nggak bosan, Pa…tiap Minggu rutin mengunjungi relasi ini itu. Kebutuhan rohaninya kapan?" tegurku.Biasanya Papa hanya mencubit pipiku sambil menyahut, "Iya deh, iya!"

Pernah juga Mas Gagah mengajakku ke acara pernikahan temannya. Aku sempat bingung, soalnya pengantinnya nggak bersanding tetapi terpisah. Tempat acaranya juga begitu. Dipisah antara lelaki dan perempuan. Terus bersama souvenir, para tamu juga diberi risalah nikah. Di sana ada dalil-dalil mengapa walimah mereka dilaksanakan seperti itu. Dalam perjalanan pulang, baru Mas Gagah memberi tahu bagaimana hakikat acara pernikahan dalam Islam. Acara itu tidak boleh menjadi ajang kemaksiatan dan kemubaziran. Harus Islami dan semacamnya. Ia juga mewanti-wanti agar aku tidak mengulangi ulah mengintip tempat cowok dari tempat cewek.

Aku nyengir kuda.

Tampaknya Mas Gagah mulai senang pergi denganku, soalnya aku mulai bisa diatur. Pakai baju yang sopan, pakai rok panjang, ketawa nggak cekakaan.

"Nyoba pakai jilbab. Git!" pinta Mas Gagah suatu ketika.

"Lho, rambut Gita kan udah nggak trondol. Lagian belum mau deh jreng.

Mas Gagah tersenyum. "Gita lebih anggun jika pakai jilbab dan lebih dicintai Allah kayak Mama."

Memang sudah beberapa hari ini Mama berjilbab, gara-garanya dinasihati terus sama Mas Gagah, dibeliin buku-buku tentang wanita, juga dikomporin oleh teman-teman pengajian beliau.

"Gita mau tapi nggak sekarang," kataku. Aku memikirkan bagaimana dengan seabreg aktivitasku, prospek masa depan dan semacamnya.

"Itu bukan halangan." Ujar Mas Gagah seolah mengerti jalan pikiranku.

Aku menggelengkan kepala. Heran, Mama yang wanita karier itu cepat sekali terpengaruh dengan Mas Gagah.

"Ini hidayah, Gita." Kata Mama. Papa yang duduk di samping beliau senyum-senyum.

"Hidayah? Perasaan Gita duluan yang dapat hidayah, baru Mama. Gita pakai rok aja udah hidayah.

"Lho! " Mas Gagah bengong.

Dengan penuh kebanggaan kutatap lekat wajah Mas Gagah. Gimana nggak bangga? Dalam acara studi tentang Islam yang diadakan FTUI untuk umum ini, Mas Gagah menjadi salah satu pembicaranya. Aku yang berada di antara ratusan peserta rasanya ingin berteriak, "Hei itu kan Mas Gagah-ku!"

Mas Gagah tampil tenang. Gaya penyampaiannya bagus, materi yang dibawakannya menarik dan retorikanya luar biasa. Semua hening mendengar ia bicara. Aku juga. Mas Gagah fasih mengeluarkan ayat-ayat Quran dan hadits. Menjawab semua pertanyaan dengan baik dan tuntas. Aku sempat bingung, "Lho Mas Gagah kok bisa sih?" Bahkan materi yang disampaikannya jauh lebih bagus daripada yang dibawakan oleh kyai-kyai kondang atau ustadz tenar yang biasa kudengar.

Pada kesempatan itu Mas Gagah berbicara tentang Muslimah masa kini dan tantangannya dalam era globalisasi. "Betapa Islam yang jelas-jelas mengangkat harkat dan martabat wanita, dituduh mengekang wanita hanya karena mensyariatkan jilbab. Jilbab sebagai busana takwa, sebagai identitas Muslimah, diragukan bahkan oleh para muslimah kita, oleh orang Islam itu sendiri, " kata Mas Gagah.

Mas Gagah terus bicara. Kini tiap katanya kucatat di hati.

Lusa ulang tahunku. Dan hari ini sepulang sekolah, aku mampir ke rumah Tika. Minta diajarkan cara memakai jilbab yang rapi. Tuh anak sempat histeris juga. Mbak Ana senang dan berulang kali mengucap hamdallah.

Aku mau kasih kejutan kepada Mas Gagah. Mama bisa dikompakin. Nanti sore aku akan mengejutkan Mas Gagah. Aku akan datang ke kamarnya memakai jilbab putihku. Kemudian mengajaknya jalan-jalan untuk persiapkan tasyakuran ulang tahun ketujuh belasku.

Kubayangkan ia akan terkejut gembira. Memelukku. Apalagi aku ingin Mas Gagah yang memberi ceramah pada acara syukuran yang insya Allah akan mengundang teman-teman dan anak-anak yatim piatu dekat rumah kami.

"Mas ikhwan! Mas Gagah! Maasss! Assalaamualaikum! Kuketuk pintu Mas Gagah dengan riang.

"Mas Gagah belum pulang. "kata Mama.

"Yaaaaa, kemana sih, Ma??" keluhku.

"Kan diundang ceramah di Bogor. Katanya langsung berangkat dari kampus…"

"Jangan-jangan nginep, Ma. Biasanya malam Minggu kan suka nginep di rumah temannya, atau di Mesjid. "

"Insya Allah nggak. Kan Mas Gagah ingat ada janji sama Gita hari ini." Hibur Mama menepis gelisahku.

Kugaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Entah mengapa aku kangen sekali sama Mas Gagah.

"Eh, jilbab Gita mencong-mencong tuh!" Mama tertawa.

Tanganku sibuk merapikan jilbab yang kupakai. Tersenyum pada Mama.

Sudah lepas Isya’ Mas Gagah belum pulang juga.

"Mungkin dalam perjalanan. Bogor kan lumayan jauh.." hibur Mama lagi.

Tetapi detik demi detik menit demi menit berlalu sampai jam sepuluh malam, Mas Gagah belum pulang juga.

"Nginap barangkali, Ma." Duga Papa.

Mama menggeleng. "Kalau mau nginap Gagah selalu bilang, Pa."

Aku menghela napas panjang. Menguap. Ngantuk. Jilbab putih itu belum juga kulepaskan. Aku berharap Mas Gagah segera pulang dan melihatku memakainya.

"Kriiiinggg!" telpon berdering.

Papa mengangkat telpon,"Hallo. Ya betul. Apa? Gagah?"

"Ada apa, Pa." Tanya Mama cemas.

"Gagah…kecelakaan…Rumah Sakit Islam…" suara Papa lemah.

"Mas Gagaaaaahhhh" Air mataku tumpah. Tubuhku lemas.

Tak lama kami sudah dalam perjalanan menuju Cempaka Putih. Aku dan Mama menangis berangkulan. Jilbab kami basah.

Dari luar kamar kaca, kulihat tubuh Mas Gagah terbaring lemah. Kaki, tangan dan kepalanya penuh perban. Informasi yang kudengar sebuah truk menghantam mobil yang dikendarai Mas Gagah. Dua teman Mas Gagah tewas seketika sedang Mas Gagah kritis.

Dokter melarang kami masuk ke dalam ruangan.

" Tetapi saya Gita adiknya, Dok! Mas Gagah pasti mau melihat saya pakai jilbab ini." Kataku emosi pada dokter dan suster di depanku.

Mama dengan lebih tenang merangkulku. "Sabar sayang, sabar."

Di pojok ruangan Papa dengan serius berbicara dengan dokter yang khusus menangani Mas Gagah. Wajah mereka suram.

"Suster, Mas Gagah akan hidup terus kan, suster? Dokter? Ma?" tanyaku. "Papa, Mas Gagah bisa ceramah pada acara syukuran Gita kan?" Air mataku terus mengalir.

Tapi tak ada yang menjawab pertanyaanku kecuali kebisuan dinding-dinding putih rumah sakit. Dan dari kaca kamar, tubuh yang biasanya gagah dan enerjik itu bahkan tak bergerak.

"Mas Gagah, sembuh ya, Mas…Mas..Gagah, Gita udah menjadi adik Mas yang manis. Mas..Gagah…" bisikku.

Tiga jam kemudian kami masih berada di rumah sakit. Sekitar ruang ICU kini telah sepi. Tinggal kami dan seorang bapak paruh baya yang menunggui anaknya yang juga dalam kondisi kritis. Aku berdoa dan terus berdoa. Ya Allah, selamatkan Mas Gagah…Gita, Mama, Papa butuh Mas Gagah…umat juga."

Tak lama Dokter Joko yang menangani Mas Gagah menghampiri kami. "Ia sudah sadar dan memanggil nama Papa, Mama dan Gi.."

"Gita…" suaraku serak menahan tangis.

Pergunakan waktu yang ada untuk mendampinginya sesuai permintaannya. Sukar baginya untuk bertahan. Maafkan saya…lukanya terlalu parah." Perkataan terakhir dokter Joko mengguncang perasaan, menghempaskan harapanku!.

"Mas…ini Gita Mas.." sapaku berbisik.

Tubuh Mas Gagah bergerak sedikit. Bibirnya seolah ingin mengucapkan sesuatu.

Kudekatkan wajahku kepadanya. "Gita sudah pakai jilbab, kataku lirih. Ujung jilbabku yang basah kusentuhkan pada tangannya."

Tubuh Mas Gagah bergerak lagi.

"Dzikir…Mas." Suaraku bergetar. Kupandang lekat-lekat tubuh Mas Gagah yang separuhnya memakai perban. Wajah itu begitu tenang.

"Gi..ta…"

Kudengar suara Mas Gagah! Ya Allah, pelan sekali.

"Gita di sini, Mas…"

Perlahan kelopak matanya terbuka.

"Aku tersenyum."Gita…udah pakai…jilbab…" kutahan isakku.

Memandangku lembut Mas Gagah tersenyum. Bibirnya seolah mengucapkan sesuatu seperti hamdallah.

"Jangan ngomong apa-apa dulu, Mas…" ujarku pelan ketika kulihat ia berusaha lagi untuk mengatakan sesuatu.

Mama dan Papa memberi isyarat untuk gantian. Ruang ICU memang tidak bisa dimasuki beramai-ramai. Dengan sedih aku keluar. Ya Allah…sesaat kulihat Mas Gagah tersenyum. Tulus sekali. Tak lama aku bisa menemui Mas Gagah lagi. Dokter mengatakan tampaknya Mas Gagah menginginkan kami semua berkumpul.

Kian lama kurasakan tubuh Mas gagah semakin pucat, tetapi sebentar-sebentar masih tampak bergerak. Tampaknya ia masih bisa mendengar apa yang kami katakan, meski hanya bisa membalasnya dengan senyuman dan isyarat mata.

Kuusap setitik lagi air mata yang jatuh. "Sebut nama Allah banyak-banyak…Mas," kataku sambil menggenggam tangannya. Aku sudah pasrah pada Allah. Aku sangat menginginkan Mas Gagah terus hidup, tetapi sebagai insan beriman sebagaimana yang juga diajarkan Mas Gagah, aku pasrah pada ketentuan Allah. Allah tentu tahu apa yang terbaik bagi Mas Gagah.

"Laa…ilaaha…illa..llah…Muham…mad Ra..sul …Allah… suara Mas Gagah pelan, namun tak terlalu pelan untuk bisa kami dengar.

Mas Gagah telah kembali kepada Allah. Tenang sekali. Seulas senyum menghiasi wajahnya. Aku memeluk tubuh yang terbujur kaku dan dingin itu kuat-kuat. Mama dan Papa juga. Isak kami bersahutan walau kami rela dia pergi. Selamat jalan Mas Gagah.

Epilog:

Kubaca berulang kali kartu ucapan Mas Gagah. Keharuan memenuhi rongga-rongga dadaku. Gamis dan jilbab hijau muda, manis sekali. Akh, ternyata Mas Gagah telah mempersiapkan kado untuk hari ulang tahunku. Aku tersenyum miris.

Kupandangi kamar Mas Gagah yang kini lengang. Aku rindu panggilan dik manis, aku rindu suara nasyid. Rindu diskusi-diskusi di kamar ini. Rindu suara merdu Mas Gagah melantunkan kalam Illahi yang selamanya tiada kan kudengar lagi. Hanya wajah para mujahid di dinding kamar yang menatapku. Puisi-puisi sufistik yang seolah bergema d iruangan ini.

Setitik air mataku jatuh lagi.

"Mas, Gita akhwat bukan sih?"

"Ya, insya Allah akhwat!"

"Yang bener?"

"Iya, dik manis!"

"Kalau ikhwan itu harus ada janggutnya, ya?!"

"Kok nanya gitu sih?"

"Lha, Mas Gagah kan ada janggutnya?"

"Ganteng kan?"

"Uuuuu! Eh, Mas, kita kudu jihad ya?" Jihad itu apa sih?"

"Ya always dong, jihad itu…"

Setetes, dua tetes air mataku kian menganak sungai. Kumatikan lampu. Kututup pintu kamarnya pelan-pelan. Selamat jalan Mas Ikhwan! Selamat jalan Mas Gagah!